Wednesday, September 22, 2010
2:15 PM
Mengais masa lalu, apakah sama seperti mengais pasir, yang kurasa, rasa itu, hidup
Jika tergenggam, sela jemari mu, menyelamatkannya
Ada yang terhimpit ketika ku mengetuk cadar sendi-sendi tulangku yang tak pernah mau mendamaikan ruh busuk ini.
Mereka men-cicit begitu ku basahi pergelangan tangan ku dengan ribuan kesalahan yang kurasa, menyakitkan , bagai tikus liar, oh dewa….mereka penghuni selokan-selokan gelap yang menggigiti denyut setiap jiwa yang tak terjaga, mengobrak abrik malam…
Pagi bisu, semua tau, tak ada, yang mau, menjadi pengganggu malam-malam gila ku, selalu begitu…
Gelagat rongsokan jiwa ini, kau tau, seperti ingin menggenggam tangan mu, JANGAN MAU!, kalau kau berhenti dan menyambutnya kau hanya akan menjadi copy , ia tak pernah pudar, kau mau di hantui?
Pagi bisu, mengkhianati ku, tak pantas aku merangkai pecahan hujan walau ku dengar mereka berdering sepanjang waktu sampai kabut menjamah lengan-lengan langit kelabu, sampai nanti, pergelangan tangan langit mengundang asap-asap beku dan menutupi kebusukan ku.
Di sini kubangan emosi bernyanyi seperti mendendangkan lagu-lagu nelangsa sampai mereka memporak-porandakan lemari-lemari tua yang masih hangat, di dalamnya ribuan kubangan memori memekik seperti api atau seperti rasa benci ku atau seperti hasrat liar ku
Bunga-bunga hibrida, mengejar kabut malam supaya bisa menampar menendang sampai jemari malam berhenti menyisakan angin sepi yang menggertak dada ku.
Rasa malu, ini terhimpit,dalam dada, akkhh, kurasa kau tak mengerti
No comments:
Post a Comment