Friday, September 24, 2010
7:36 PM
Angin berkelana menjamu pujaan mimpi-mimpi siang hari atau mimpi-mimpi tengah malam, sebuah kebebasan yang dulu seakan mengakar dalam, bahkan sampai itu hanyalah bibit-bibit persemaian yang di tanam di tanah tandus, dan sampai mimpi-mimpi itu disadarkan pada kenyataan pahit,,
aku tak sebebas dulu
Angin berlari, yang bahkan mimpi-mimpi ku tak dapat mengejar, walaupun ia hanya berhembus tenang, di hari-hari biasa, mimpi-mimpi siang hari atau mimpi-mimpi tengah malam tak pernah dapat mengejarnya, angin berlari mengejar angin dan saling mengejar satu sama lain lalu berkejar-kejaran dengan mimpi
Angin terbang melaju seperti jet, tapi ia lebih kencang menyapu ratusan mimpi yang pernah kubangun dulu, sampai bangunan-bangunan yang mendengungkan api yang tak pernah membakar apapun, kecuali membakar diriku, sepanjang hidupku, bahkan sampai saat ini, rubuh hancur luluh lantah
Angin menyapa angin, bersuara seperti jeritan dalam keramaian, yang mimpi-mimpi siang hari atau mimpi-mimpi tengah malam dapat mendengarnya walau ia punya hidup yang redup membebaskan cahaya remang, tapi ia hidup, dan terdengarlah semua jeritan-jeritan itu
Mimpi-mimpi siang hari atau mimpi-mimpi tengah malam memimpikan mimpi menjadi angin. Tak peduli apa mereka sang penjaga malam, yang meng-kawal gugus-gugus bintang atau mereka adalah pelita siang, yang menerangi dalam kedamaian,
Mimpi-mimpi siang hari atau mimpi-mimpi tengah malam menembus ribuan mimpi lainnya melesat jauh dan kadang berhembus lalu berlari kencang saling berkejar-kejaran,mengejar satu dengan yang lainnya, dan mereka saling menyapa dengan suara yang seperti hembusan,
Seperti angin yang membakar aku
No comments:
Post a Comment